Minggu, 08 Mei 2011

UANG dan STANDART MONETER

1. PERANAN DAN FUNGSI UANG
Uang merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan/diterima untuk melakukan pembayaran baik barang maupun jasa. Jaman dahulu orang belum mengenal pembayaran menggunakan uang, mereka menukarkan barang yang mereka miliki dengan barang yang mereka butuhkan, hal tersebut dinamakan barter. Baru setelah beberapa lama, pemerintah membuat uang dari logam, kemudian dari kertas. Dengan demikian secara umum, uang dapatdidefinisikan sebagai segala sesuatu yang secara umum mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Sebagai satuan pengukur nilai
Dengan fungsi ini maka nilai suatu barang dapat diukur dan dibandingkan. Seperti di Indonesia, rupiah merupakan dasar pengukuran nilai dari barang – barang dan jasa – jasa yang dijual di pasar. Seseorang dapat mengukur dan membandingkan harga barang satu dengan harga barang lainnya, seperti harga motor dan harga mobil.
b. Sebagai Alat Tukar – Menukar
Fungsi ini memisahkan antara keputusan membeli dengan keputusan menjual. Adanya uang sebagai alat di dalam tukar – menukar dapat menghilangkan perlunya ada kesamaan keinginan saling tukar menukar barang dengan barang (barter). Dengan adanya uang kini lebih mudah karena uang dapat ditukarkan untuk membeli barang atau sebaliknya barang yang ditukarkan dengan uang.
c. Sebagai alat penimbun/penyimpan kekayaan
Kekayaan seseorang dapat berupa barang atau uang. Dalam bentuk barang seperti rumah, mobil, emas, berlian dan lain sebagainya, sedangkan dalam bentuk uang seperti uang cash, maupun surat – surat berharga seperti saham, obligasi dan lain sebagainya. Dalam pengertian seperti inilah, uang berfungsi sebagai alat penimbun kekayaan.

2. DEFINISI UANG
Uang merupakan alat yang digunakan untuk melakukan pembayaran atau menukarkannya dengan barang atau jasa.

3. NILAI DARI UANG
Nilai dari uang diukur dengan kemampuannya untuk dapat membeli /menukarkannya dengan barang atau jasa serta valuta asing. Apabila harga barang naik, maka nilai uang akan naik, tetapi jika harga barang turun, maka nilai uang juga akan turun.
Biasanya terdapat 3 metode untuk mengukur nilai uang, yakni dengan menggunakan indeks biaya hidup, indeks harga barang – barang perdagangan besar atau biasa disebut GNP deflator. Indeks biaya hidup umumnya banyak dipakai sebagai ukuran nilai uang. Indeks ini mencakup harga beberapa barang kebutuhan hidup. Sedangkan indeks harga perdagangan besar merupakan indeks harga barang – barang yang dipakai oleh perusahaan untuk menghasilkan barang lain. GNP deflator mencakup harga – harga barang yang lebih luas/banyak dibanding dengan denagan indeks biaya hidup maupun indeks harga perdagangan besar.

4. KLASIFIKASI UANG
Uang diklasifikasikan atas beberapa dasar yang berbeda – beda, seperti misalnya:
a. Sifat fisik dan bahan yang dipakai untuk membuat uang
b. Yang mengeluarkan/mengedarkan, yakni pemerintah, bank sentral, atau bank komersial
c. Hubungan antara nilai uang sebagai uang dengan nilai uang sebagai barang
Tipe uang berdasarkan klasifikasinya
a. Full Bodied Money
Adalah uang dimana nilainya sebagai barang sama dengan nilainya sebagai uang. Di dalam dunia modern jenis uang full bodied ini berupa emas dan perak (keduanya merupakan standart logam). Biasanya jenis uang ini dikeluarkan oleh pemerintah.
b. Representative Full Bodied Money
Biasanya uang ini terbuat dari kertas, dengan demikian nilainya sebagai barang tidak ada (nol). Sebenarnya uang jenis ini hanyalah mewakili dari sejumlah barang/logam dimana nilai logam sebagai barang sama dengan nilainya sebagai uang.
c. Credit Money
Adalah jenis uang yang mana nilainya sebagai uang lebih besar daripada nilai sebagai barang. Dalam keadaan tertentu nilai sebagai barang tidak penting, seperti uang kertas yang kita lihat sehari – hari. Agar nilai sebagai barang tidak lebih rendah dari nilai sebagai uang, nilai tersebut perlu dipelihara dengan cara membatasi pembentukan/pencetakan uang. Biasanya ditentukan sejumlah tertentu uang yang akan dibuat, kemudian bahan dibeli sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan untuk membuat uang tersebut. Sehingga bahan yang tersisa dapat digunakan untuk tujuan lain. Jumlah sisa ini pada umumnya cukup besar sehingga harganya relative rendah. Dengan demikian harga sebagai bahan lebih rendah daripada nilai sebagai uang.
Cara lain adalah pemerintah membeli semua bahan untuk membuat uang ditawarkan dengan harga lebih rendah daripada nilainya sebagai uang yang nantinya akan diciptakan.

Credit Money ini Dapat Berbentuk:
1. Token Coins (Uang Tanda)
Jenis uang ini berbentuk logam dengan nilai nominal (sebagai uang) lebih tinggi daripada nilai sebagai barang (sering disebut nilai intrinsik). Nilai nominalnya biasanya kecil, sebab uang jenis ini sering digunakan untuk perhitungan uang “kembali” yang biasanya merupakan pecahan kecil. Uang perak, merupakan salah satu contoh token coin.
2. Representative Token Money
Bedanya dengan full bodied money adalah bahwa representative token money dijamin dengan logam atau coin yang nilainya sebagai barang (intrinsik) lebih rendah dari nilai nominal. Salah satu contohnya adalah ?sertifikat perak” yang dikeluarkan di Amerika Serikat tahun 1978-1967.
3. Uang Kertas yang Dikeluarkan oleh Pemerintah
Biasanya berbentuk uang kertas yang sering disebut fiat money. Kepercayaan masyarakat merupakan dasar penerimaan kertas tersebut sebagai uang. Namun masyarakat sering mengemukakan keberatannya lantaran pemerintah dapat mencetak uang ini guna membiayai defisit anggaran belanjanya terutama pada masa perang.
4. Uang Kertas yang dikeluarkan oleh Bank Sentral
Kebanyakan uang kertas yang beredar di masyarakat dewasa ini berupa uang kertas yang dikeluarkan oleh bank sentral. Di Indonesia, kita lihat setiap uang kertas selalu ada tulisan Bank Indonesia.
5. Demand Deposit (Uang Giral)
Bagian terbesar dari jumlah uang yang beredar merupakan uang giral. Makin maju suatu perekonomian biasanya proporsi uang giral makin besar. Uang giral ini merupakan simpanan di bank yang dapat diambil setiap saat dan dapat dipindahkan kepada orang lain untuk melakukan pembayaran. Uang giral ini lebih praktis sebagai alat pembayaran karena:
a. Kalau hilang dapat dilacak kembali sehingga yang menemukan tidak dapat menguangkannya.
b. Dapat dipindahtangankan tanpa ongkos/biaya yang tinggi dan dapat dilakukan dengan cepat
c. Tidak diperlukan adanya uang kembali sebab cek dapat ditulis sesuai dengan nilai transaksi.
Dalam perekonomian yang telah maju biasanya dua jenis uang terakhir inilah yang mendominasi uang beredar dalam masyarakat, dengan proporsi tebesar uang giral.
5. STANDART MONETER
a. Standart Kembar (Bimetallism)
Standart kembar terjadi apabila pemerintah menggunakan emas dan perak sebagai dasar nilai mata uangnya. Namun standart kembar ini sering menimbulkan masalah. Seperti yang dikemukakan oleh Sir Thomas Gresham tahun 1558 bahwa bad money drives out good money yang kemudian dikenal dengan hukum Gresham. Maksud hukum ini adalah bahwa dalam system standar kembar, emas, dan perak mempunyai perbandingan nilai tukar baik sebagai uang maupun sebagai barang (logam). Apabila kedua perbandingan (ratio) ini tidak sama maka akan terjadi pertukaran/peleburan, yakni dari logam yang dinilai terlalu rendah (undervalued) menjadi logam yang dinilai terlalu tinggi (overvalued).

b. Standar Emas
Suatu negara memakai sistem standar emas apabila nilai mata uangnya, dikaitkan/didasarkan atas nilai seberat emas tertentu. Masyarakat bebas untuk melebur mata uang emas atau membuat emas batangan menjadi mata uang kertas serta menukarkan mata uangnya (yang bukan emas) dengan emas atau sebaliknya dengan perbandingan yang telah ditentukan oleh bank sentral.
Stabilitas nilai tukar merupakan salah satu keuntungan penggunaan system standar emas. Namun kejelekannya, apabila suatu Negara mengalami defisit dalam neraca pembayarannya akan terjadi aliran emas ke luar (untuk membayar defisit tersebut). Akibatnya cadangan emas mengecil. Jika defisit itu terjadi secara terus menerus (dari tahun ke tahun) Negara tersebut akan kehabisan cadangan emasnya. Dalam keaadaan demikian, Negara tersebut dapat mengatasinya dengan kebijaksanaan deflasi. Kebijaksanaan ini akan menurunkan harga, employment serta pendapatan. Akibatnya harga barang dalam negeri relative lebih murah dibandingkan dengan luar negeri. Ekspor cenderung naik dan impor turun . defisit neraca pembayaran akhirnya dapat hilang. Tetapi masalahnya dengan adanya deflasi di dalam negeri dapat menyebabkan/menimbulkan masalah lain seperti misalnya: social, pengangguran, produk turun serta banyak perusahaan (terutama perusahaan kecil) bangkrut. Dengan terjadinya depresi tahun 1930-an yang berjalan cukup lama, maka system standar emas (yang murni) telah banyak ditinggalkan meskipun masih ada beberapa Negara yang mempertahankannya sampai awal tahun 1970-an.

c. Fiat Standar
Masalah yang timbul dari standar barang (emas dan perak) adalah kurang praktis apabila transaksi yang dilakukan dalam jumlah besar. Atas dasar ini, kemudian beredar surat emas/perak sebagai pengganti emas/perak yang disimpan. Surat emas/perak ini semula dijamin 100% dengan emas/perak yang tersimpan kemudian berangsur – angsur jaminan ini mulai berkurang. Semula memang pengeluaran surat emas ini sebagai bukti atas pemilikan emas yang tersimpan, dimana setiap saat pemilik dapat mengambil emas tersebut. Pada tahun 1900-1933 Amerika Serikat mengeluarkan serifikat emas dijamin100% dengan emas yang disimpan di dalam bendahara Negara, yang setiap saat dapat ditukarkan dengan emas tersebut. Sertifikat ini sama (nilainya) dengan emas dan lebih mudah untuk melakukan transaksi. Sertifikat ini yang kemudian disebut dengan representative money. Dalam perkembangannya sertifikat ini tidak lagi dijamin dengan 100% emas, tetapi lebih rendah. Sertifikat emas yagn dijamin kurang dari 100% inilah yang sering disebut fiat standar. Apabila barang tersebut dapat memenuhi fungsi sebagai alat tukar, penyimpanan kekayaan serta pembayaran tertunda, dapatlah disebut uang.

d. Uang Giral (Deposit Money)
Deposito di bank yang dapat setiap saat ditarik (dengan cek) dapat dikategorikan sebagai uang. Karena deposito ini dapat digunakan sebagai alat pembayaran. Caranya, pembayaran ini dilakukan dengan menulis cek, yakni transfer deposito dari si penulis/pembayar kepada si penerima pembayaran. Deposito ini juga dapat dipakai sebagai alat penumpuk kekayaan. Seseorang atau suatu badan usaha dapat mewujudkan kekayaannya dalam bentuk deposito. Deposito dapat dipakai sebagai alat pembayaran tertunda (deffered payment). Seseorang atau badan usaha dapat membayar utangnya tiap bulan dengan menulis cek atas depositonya di bank. Karena deposito dapat memenuhi fungsi – fungsi uang, maka dapat dikategorikan sebagai uang.

e. Uang Kuasi
Uang kuasi terdiri atas deposito berjangka dan tabungan serta rekening valuta asing milik swasta domestik. Apabila kriteria uang didasarkan pada fungsinya, maka sebenarnya tabungan ini tidak termasuk dalam pengertian uang. Namun ada beberapa pendapat bahwa seorang itu dapat mewujudkan kekayaannya dalam berbagai bentuk seperti: tanah, rumah, uang, perhiasan dan bahkan berbentuk tabungan, maka memasukkan tabungan ke dalam pengertian uang dapat dimengerti. Argumentasi lain untuk memasukkan tabungan ked alam pengertian uang dengan melihat apakah ada kemungkinan saling mengganti substitutability) antara tabungan dengan uang giral (demand deposit). Apabila ada maka tabungan dapat dimasukkan ke dalam pengertian uang. Karena kriteria ini pun belum jelas, yakni sampai seberapa besar angka substitutability ini dapat diterimanya tabungan sebagai uang, maka hingga kini masalah tersebut selalu diperdebatkan.


Referensi:
Ekonomi Moneter; Nopirin; BPFE Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar